Kantor Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Utara
Barisan kata itu tertera pada amplop yang juga bertuliskan namaku. Dimanakah gerangan aku akan pergi? Aku bertanya-tanya.
Sungguh, sejak mendengar berita pembagian tempat On The Job Training dari pihak udiklat, firasatku kuat mengatakan bahwa aku akan kembali ke Nanggroe - bukankah itu yang mereka katakan sewaktu seminar pertengahan April 2008 lalu? Kami di rekrut untuk ditempatkan di daerah masing-masing. Namun kami terdiri dari beberapa wilayah, dan jelas angan untuk kembali pupus sudah ketika pengumuman pertama bahwa sahabat kami (sahabat SDM) yang asalnya dari Banda Aceh justru ditempatkan di tempat yang paling tidak diinginkan (menurut kami saat itu karena mendapat informasi dari beberapa sumber) yaitu Labuhan Angin.


Aku memang tidak mengikuti seminar itu, bahkan ‘mereka’ (teman2 perwakilan sekolah kami) yang mengikuti seminar dari PLN itu tak seorangpun yang bergabung bersama kami saat ini. Aku menatap wajah mereka disekitarku satu-satu : harap-harap cemas, senang, penasaran dan pasrah, setidaknya ekspresi mereka beragam - dan aku tidak berani membayangkan bagaimana ekspresiku saat itu. Mata-ku naik turun melihat amplop di pangkuanku. Dimanakah tempat ini?! Kata mereka ini di daerah kota medan. Tapi aku bahkan tidak tau siapa2 yang akan ikut bersamaku.

OJT - kata yang sering kami lagukan dua bulan terakhir ini. Karena ketidakjelasan unit organisasi yang menitipkan kami di udiklat ini, tak jelas kapan mereka akan menjemput kami, mengakui kami sebagian bagian dari organisasi mereka. Dan kini, setelah waktunya datang - sungguh aku tak tahu harus berkata apa.
Akan kemanakah aku, bersama siapakah aku? akankah ada mereka yang ku kenal. Sungguh aku sudah sangat nyaman berada di udiklat ini, bersama mereka warga udiklat,bapak-bapak di pengajaran,  nenek dapur, kakak outsourcing, bapak-bapak cleaning service - aku mengenal mereka, dan bagiku mereka adalah keluarga. Akan tetapi bukankah sejak awal aku sudah tahu bahwa saat ini akan tiba. Saat aku harus kembali pada unit organisasi dimana aku akan mengabdi.

Usiaku akan genap 19 tahun bulan ini. Berbilang hari, aku akan segera bertemu dengan dunia pekerjaan diusiaku yang masih sangat belia. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa dunia pekerjaan itu adalah dunia yang tak terduga, sebagian lagi mengatakan bahwa dunia pekerjaan itu dunia petualangan, hitam dan putih - kau tak akan menemukan abu2 disana, semua keputusan ada ditanganmu- tapi aku bahkan tidak bisa berimajinasi tentang dunia pekerjaan manakah yang akan aku temui?

Dan bagaimana aku akan menyampaikan hal ini kepada mama dan nenek? Bagaimana aku harus mengatakan bahwa anak dan cucu-nya ini tidak akan pulang seperti yang mereka harapkan? Bahwa aku harus melanjutkan petualangan diperantauan? Bagiku, aku sudah siap menerima resiko jenis apapun itu, tetapi.. bagaimana dengan mereka?

Sepanjang perjalanan kembali ke barak udiklat, aku menimang handphone di tanganku. Menatap layar dan nomor yang tertera disana. Aku tak bisa menunggu lagi, mereka - keluargaku dan sahabat2ku (mutia,jufni,lisa,ai,reja, dan ilham) harus diberitahu.
Semoga mereka dapat mengerti, dan aku tahu mereka akan.
Mengabarkan kepada mereka yang kusayang bahwa babak baru dalam hidupku baru saja dimulai
A note from Udiklat Tuntungan, April 2009
Re-write from vaglin.tumblr.com